Contact Form

 

COMMON ENEMY


Ayah Bunda, selamat anda baru saja  memasuki episode krusial pertama dalam drama kehidupan membangun sebuah team.Semua rasa dan suasana muncul di belakang "Cerita Cinta" kita. Baru kali ini membaca tulisan teman-teman , membuat rasa ini teraduk-aduk, mulai dari tertawa terpingkal-pingkal, sampai diam hening dan tak terasa matapun berembun.

Sekali lagi terima kasih, keseriusan teman-teman dalam mengerjakan PR ini adalah indikator awal kesungguhan hati teman-teman menerima komunitas ini sebagai keluarga besar, yang nantinya berimbas pada kesungguhan mendidik anak-anak se kampung juara.

Dalam strategy membangun sebuah tim yang solid, ada satu istilah yang perlu kita kenal yaitu menciptakan "Common enemy" (musuh bersama). Strategi ini beberapa kali berhasil dilakukan oleh para pemimpin.

Bung Karno berhasil menyatukan asia afrika dengan satu common enemy yaitu penjajahan sebagai musuh kemanusiaan.
Sebuah bangsa, komunitas, bahkan keluarga akan punya semangat tinggi untuk bersatu apabila ada "common enemy" yang harus dihadapi.

Adanya musuh bersama ini akan menjadikan kita memiliki "satu rasa".
Menciptakan sebuah "common enemy" ini membuat tindakan antar pemimpin dan yang dipimpin, imam keluarga dan anggota keluarganya menjadi satu nafas.

Bebera waktu yang lalu, kabut Asap yang mengepung wilayah Sumatera dan kalimantan  masuk dalam kategori bencana kemanusiaan, dan kondisi gunung merbabu yang terbakar sampai membuat para warga kesulitan mendapatkan air bersih, ternyata menjadi "common enemy" yang menyatukan  banyak komunitas dengan hastag #savemerbabu dan #PEKA (Peduli Kabut Asap)

Project "Sekolah Orang Kampung" ini juga menjadi salah satu contoh "common enemy" terutama bagi para tim Penjaga Kampung.  Menginfakkan waktunya di tengah malam untuk briefing online eh "ronda" online, setelah anak-anak tertidur dan urusan rumah sudah selesai. Menentukan target pencapaian, dan memberikan durasi waktu pelaksanaan. Ada nuansa dinamika kelompok yang luar biasa.

Yang saya salut dari team ini, saat mereka bekerja tidak pernah menyalahkan dan menghujat siapapun,justru memunculkan berbagai ide dan solusi untuk mendapatkan yang terbaik. Fokus pada SOLUSI bukan pada MASALAH.

Dalam sebuah keluarga, juga tidak akan jauh-jauh dari cerita kita di komunitas. Dulu saat masih kontrak rumah di Depok, Common Enemy kami adalah "ingin tinggal di desa, dengan rumah yang dialiri sungai, dan pendapatan dollar" (hahaha lebay ya, biarin) tapi itu bekerja untuk kami, sampai akhirnya membawa kami sampai Salatiga. "keinginan pindah kuadran" menjadi common enemy keluarga saat itu.

Setelah selesai dengan common enemy, akhirnya kami memiliki "common interest" (hal-hal yang kami sukai berdua). "Pendidikan anak dengan kualitas no 1" yang menjadi common interest kami. Kalau membicarakan tentang anak-anak dan ketahanan keluarga saya dan pak dodik sangat berbinar-binar sampai hari ini.

Keluarga, komunitas, bangsa, yang tidak pernah punya common enemy dan atau  common interest biasanya tidaksolid, tidak  akan merasa "hidup" dan tertantang dari hari ke hari.

Common Enemy, Common Goal

Sekarang silakan berdiskusi dengan pasangan, apa kira-kira common enemy  keluarga yang ingin anda perjuangkan bersama, dan atau common interest keluarga yang akan teman-teman perkuat di dalam keluarga

Salam Juara,

/Septi Peni Wulandani/                        

Total comment

Author

admin

0   comments

Cancel Reply