Contact Form

 

Yuuk bersahabat dengan anak

*👨‍🏫Resume Open Discussion👩‍🏫*
*🏠 SERI PENDIDIK RUMAHAN ✍*
_(Teman Tumbuh Teman Belajar)_

Kamis, 14 September 2017
Waktu: 19:30 - 22:00

Narsum : Achmad Ferzal (Bang Ical)
Host 1 : Mas Muji
Host 2 : Bu Yardha
Notulis: Mas Muji

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
🚨 Ini bukan materi PARENTING apalagi FATHERING, ini tentang PENDAMPINGAN🚨
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Yuuk bersahabat dengan anak

Oleh: Achmad Ferzal

👶🏽Anak-anak lahir bersama dengan tumbuhnya harapan-harapan besar orangtuanya.
                                            
💝Mulai dari pemberian nama yang indah-indah hingga candaan spontan penuh harapan:

🗣Waah si calon dokter udah bangun nih, wuih bu pilot kita lagi sarapan ya?

🌟Harapan itu bumbu kehidupan, hidup ini menjadi  indah penuh makna  karena masih adanya harapan.

🔥Sehingga sesulit apapun situasi atau keadaan, selalu masih ada harapan keadaan untuk kembali menjadi baik atau lebih baik.

✂Katanya di akhirat nanti, didalam An Nar yang pertama dihilangkan adalah harapan.

⬇Sehingga kesusahan, kesulitan siksaan itu jadi bertambah berat karena sudah tidak ada harapan tuk berhenti (selama-lamanya).

✈Jika harapan tidak diselaraskan dengan kenyataan/realita ia bisa berubah menjadi ekspektasi yang tinggi.

🛰Ekspektasi tinggi kepada ananda dengan bumbu sayang, cinta dan tak sedikit obsesi pribadi.

😎Kaca mata ekspektasi-tinggi ini baik hanya belum cukup. Baik jika masih mau berempati atau melihat dari realita (balik mata ananda) dan perlahan menyesuaikannya.
.
👁Yang berbahaya jika kacamata ini jadi kacamata kolonial, selalu memandang orang lain / anak...selalu perlu dibantu, lemah dan dianggap tidak memiliki kemampun apapun.
.
😡apalagi jika makin tinggi ekspektasi makin tinggi emosi, makin tidak tercapai makin panas, gerah, emosi berbungkus sayang? Ada emas diujung rotan?
.
💥Tambah komplit dengan mengalirnya ancaman-ancaman dan ketakutan untuk membuat ananda selalu dijalur ekspektasi-tingginya.
.
🚸Enggak heran kalau pendidikan anak dipenuhi ekspektasi ortu, bahkan sampai bekerjapun  jadi punya strata, jangan-jangan kebahagiaan ananda juga dikapling-kapling?

⛔Salahkah mempunyai ekspektasi?

☕Yuk diskusi yuk.☕

➖➖➖➖👨‍🏫🏠👩‍🏫➖➖➖➖
*Klik link :*
http://bit.do/spr1

*Profil Narasumber*

👨‍🏫 Nama: Achmad Ferzal (bang Ical)

❣Penggagas dan Pendiri TRUE Creative aid (www.ngakal.ning.com).

❣Desain produk ITB, ketertarikan pada pengembangan: Design Thinking for All. Digunakan sebagai sarana pembangkit daya kreativitas berbasis LINGKUNG (kreatifalakita).

❣Bersama tim (termasuk Pak Stein) Berpengalaman mendampingi masyarakat di pedalaman dan menemukan pola didik sejati anak-anak ala daerahnya masing-masing.

❣Ayah dari 5 anak muda

❣Penulis buku Guru Berani, Teman Tumbuh Teman Belajar

*➖ Tanya👨‍🏫👩‍🏫Jawab ➖*

*1⃣ Ibu Kun Khamidah, Pacitan-Jatim*

Bagaimana membangun kedekatan dengan anak ketika ayah hanya bisa berjump 1 hari dalam sebulan?
Saat ini ayah bekerja di PT.KAI dg 2 anak usia 1,5y dan 5m

Terima kasih Bang Ical ☺

*👨‍🏫 Bang Ical*

Anak itu hadirnya disertai banyak keajaiban, agar orang disekitarnya mau mendekat, menyayangi dan mengenali tiap centi tubuhnya hingga rasa dan prilakunya.

Beruntunglah seorang ayah yang bisa menyelami anaknya sedari lahir atau saat berjumpa. Membersamai dengan total, seperti (nggak pantes juga sih bandingannya😃) dapet laptop baru atau kendaraan baru.

Sehingga saat sang ayah memang harus berkelana/menjelajah, ikatan mesra tetap dapat tersambung, walau menggunakan surat sekalipun anak belum bisa membaca.

Zaman sekarang sudah canggih, modal ayah yang mesra bisa tambah cakep ditambah pulsa dan data😍. Video dan kejutan-kejutan yang dipikirkan ayah dari jarak jauh bisa jadi kejadian penambah mesra, ayah dan anaknya.

Kuncinya: modal dan kejutan

*🔑 Azeek LDM
Modal dan Kejutan😃✍*

*➡ Tanggapan bunda Khamidah*
✍🏼 Modal & Kejutan 😍

Saya pernah membaca artikel bahwa pada usia tertentu, anak diusahakan dekat dengan ayah dan melakukan berbagai aktifitas bersama untuk membangun sisi 'gender' si anak. Jika terpaksa ayah/ibu tidak bisa mendampingi, bisa dihadirkan sosok pengganti.
Pertanyaan saya bagaimana memenuhi kebutuhan anak terhadap sosok ayah jika ayah harus berkelana & bunda juga hanya tinggal ber-3 jauh dari keluarga lainnya?
Terima kasih

*👨‍🏫Bang Ical*

Iya kesadaran anak harus dididik satu kampung sekarang juga susah.

Yang jelas harus dimulai dari kemauan sang ayah dan pasangan. Jika sungguh-sungguh dan mau, insyaAllah Dimampukan.

Sehingga yang mereka lakukan mungkin ada teorinya, atau merekalah yang memulai teori (diberi amanah).

Sekali lagi, pendidik rumahan itu gudangnya aneka kegiatan-kegiatan keren jika diniatkan dan di antusiaskan, tempatnya ilmu amaliyah-amal ilmiah

Musyawarahlah, berencanalah dengan mesra bersama pasangan. Anda berdualah perancang pengalaman untuk ananda. Dimanapun berada

*2⃣ Bapak Helmi, Jakarta Timur*

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh..
Saya mau tanya, apa indikator bahwa saya sebagai ayah itu termasuk sebagai sahabat/pendamping yang baik atau tidak bagi anak2 saya?
terimakasih

*👨‍🏫Bang Ical*

Karena tiap anak unik, tiap pasangan unik, maka indikatornya juga unik. Buat keluarga lain mungkin lebay, tapi buat keluarga kita itu hal mendasar.

Untuk kedekatan, indikatornya terus tumbuh. Kadang kita Ge-er anak seperti dekat, tapi ternyata dia curhat sama ibunya beda (untung nggak ama neneknya he2)

Tumbuh dan naik turun, kalau istilah saya seperti orang naik sepeda, kalau sudah terbiasa dg sepeda kita...kita cukup awas dengan bunyi dan laju sepeda yang berbeda dari biasanya.

Nah yang dekat dan mesra itu pasti dia nggak reaktif, dia responsif. Nggak nyalahin dan mengeluh pada sepedanya. Dengan sayang dia turun dan menyelami bagian-bagian sepedanya satu persatu.

Dia siap mendengar apapun 'keluhan' sepedanya. Supaya bisa jalan bareng lagi dengan gembira.

Kuncinya: jalani dengan gembira dan siap mendengar

*🔑🔑 Cantik:*
*Jalani dengan gembira dan siap mendengar*

*3⃣ Bapak Ashar, Yogyakarta*

Terkait ekspektasi kepada anak, Sebenarnya, mana yang baik:
1. Mendukung bakat anak?, atau
2. Mengarahkan anak ke sebuah skill yg orang tua inginkan?

Contoh:
Anak punya bakat dalam bidang musik. Tapi orang tua ingin agar anak jadi hafidz Qur'an.

*👨‍🏫Bang Ical*

Punya niat baik itu harus, namun ada baiknya dibumikan. Bukan untuk menghancurkan niat. Lebih kepada menguatkan niat sebenarnya.

Niat anak dan terus berdo'a dia menjadi hafidz Qur'an sy rasa itu niat yang istimewa dan sepertinya semua orang tua kudu punya niat spt itu. (Kan niat dihitung).

Membumikan niat ini yang menjadi seni, kenapa seni? Karena diperlukan interaksi dan kedekatan. Dan yag dihadapi bukan benda mati. Lebih heuretic bukan algoritmic (ini istilah gaya-gaya an he2).

Karena keberadaan anak bukan hanya untuk dikendalikan dan menjadi objek pemenuhan kemauan ortu. Mereka hadir juga menjadi kurikulum sekaligus guru untuk sekolah orangtua yang sedang kita jalani.

Jadi apa yang harus dilakukan: pertahankan niat, sambil terus selami dan bersamai ananda. Ketika membersamai trus fasilitasi lingkung sekitarnya dengan keutamaan-keutamaan dalam niat kita. Tapi jangan bikin jalan paksaan. Juga Jangan kecewa apalagi emosi jika ekspektasi kita tidak sampai.

Dan kesenangan (cepat cakap) dalam bidang musik tidak harus menjadi pemusik. (Ini bahasannya panjang euy).

*➡ Tanggapan Pak Ashar*

Alhamdulillah  jawabannya memuaskan.

Saya suka kalimat ini:
"Keberadaan anak bukan hanya untuk dikendalikan dan menjadi objek pemenuhan kemauan orang tua"

Terima kasih banyak penjelasannya, Bang Ichal. 😁

*4⃣  Ayah Kasman, Makassar*

Assalamualaikum
Anak saya no 3 umur 3thn akhir akhir ini sering nangis klo malam entah apa gerangan,  sdh kami ruqyah sendiri dan nanya baik baik tp tdk berhasil maka saya sedikit kasar dengan meninggikan suara spaya takut dan berhasil untuk sementara,  tp besok pagi sdh normal lagi seolah olah semalam tdk terjadi apa apa, sy kwatir dia membenciku

*👨‍🏫Bang Ical*

Yang jawab ini kudunya om stein nih. Beliau jago ngajak bernalar dan merasa untuk mengahadapi kejadian anak sehari-hari.

Istilah beliau: bayang mundur. Intinya mendengar dengan kepala, hati dan kaki. Bermusyawarah dengan pasangan dan mulai mengatur tugas mendengar. Pakai istilah mendengar karena indera ini yang nir-emosi.

Banyak penyebab yang terjadinya bukan pas saat kejadian.
Bahkan banyak penyebab yang menjadi kumpulan-kumpulan banyak kejadian.

Bisa mulai dari fisiknya: tempat tidur nggak nyaman, nyamuk. Dan sebagainya

Perlu kejernihan dan penerimaan sebelum memulai. Biasanya nggak mau disalahin atau saling menyalahkan itu penghalang pertama.

Selanjutnya mulailah dikumpulkan data-data harian (sabar itu juga kunci). Atau bisa dimulai dengan hasil dengar-dengaran yang diimajinasikan dari pengalaman.

Intinya langsung cobakan dan lihat hasilnya.

*5⃣ Ibu Astri, Jakarta*

Bagaimana jika kita dianugerahi anak berkebutuhan khusus yang mempunyai keterlambatan perkembangan, tentunya sbg ortu berusaha memberikan terapi/simulasi agar bisa mengejar ketertinggalannya. Tp sprti yg disebutkan, akhirnya mmbuat jd stress/kesal krn anak blm mencapai target perkembangannya.n Tetapi jika diikuti kemauan anak, ada rasa khawatir nanti kalo besar anak bagaimana dan lainnya.

Silahkan bang😀👍

*👨‍🏫Bang Ical*

Saya sering salut dengan ortu yang bisa terus asyik membersamai anak yang berkebutuhan khusus. Seorang teman yang mengalami sering bercerita bagaimana ia jadi tertempa oleh keadan anaknya yang berkebutuhan khusus.

Kesal dan emosi itu wajar, toh tiap hari kita hadapi. Tapi niat untuk tidak membatasi dia dengan ekspektasi luar (perkembangan dll) itu harus trus membara.

Semua anak punya waktu 'buum'nya (meledaknya). Jadi ada yang seperti lambat dan lama menuju waktu 'buum'nya. Ada yang rata-rata dan ada juga yang cepat.

Menerima anak adalah unik dan sungguh-sungguh dengan niat itu yang akan tertransfer pada anak. Mental tabah dan mengejar/menyelesaikan/tanggung jawab sampai akhir.

*6⃣ Ibu Dini, Mataram*

Kalau anak lebih dekat dengan ibu, apakah ibu perlu mundur selangkah utk mendekatkan Ayah dng anak?

Hasil quiz iseng2 sama anak ketika diminta pilih Ayah atau Ibu 😆

*Anak usia 11 yo

*👨‍🏫Bang Ical*

Tergantung pada pemilihan kalimat untuk pertanyaan pada anak sepertinya 😀.

Biarlah ibu dan bapak tetap memiliki magnetnya sendiri-sendiri. Tapi ibu dan bapak terus bersama membangun magnet berdua. 

Jadi anak memilih belum jadi indikator he2, bagusnya ditambah lagi: apa yang perlu diperbaiki buat ibu atau ayah. Atau apa asyiknya ayah dan apa asyiknya ibu. Dll

Tapi ayah juga jangan ge-er dulu kalo semua baik2 aja. He2

*🔑 Azeek romantis:* *Biarlah ibu dan bapak tetap memiliki magnetnya sendiri². Tapi ibu dan bapak terus bersama membangun magnet berdua*

*➡ Tanggapan Ibu Dini*

Ibu dan Ayah terus bersama membangun magnet berdua. Jangan ada yg GR dulu 😄☕🍧 Noted 〰〰✍🏻

Siap menyerap lagi dng kuesioner berikutnya 📊🕵🏻‍♀🕵🏽 supaya semakin lekat dan mesra dengan anak 😃

*7⃣ Bapak Bambang, Bogor*

Apakah karakter anak diturunkan dari orang tuanya? Sering ketika saya mencoba membimbing anak saya pada sesuatu yang baru, anak saya terlihat tegang dan kesusahan, padahal saya tidak men-set ekspektasi tinggi pd hal baru tsb.
Saya dan istri sewaktu kecil juga mengalami hal yang sama.

*👨‍🏫Bang Ical*

Nah ini bagus pak. Coba bapak bayangkan kembali..waktu kecil hal-hal apa yang membuat bapak berprilaku seperti itu.
Bisa jadi penyebabnya sama, bisa jadi jalan bapak terbuka untuk bisa menyelami kondisi ananda.
Karena komunikasi itu diterima lebih banyak oleh rasa/emosi bukan oleh logika.

*➡ Tanggapan Bapak Bambang*

Afwan terlambat menanggapi, msh di jalan.
Saya smpat berfikir apakah ini Inner Child saya yg blm tuntas dan terbawa ke anak saya skrg. Saya sendiri sdh membuat suasana bimbingan dgn lbih fun dan ceria, tapi anak lebih sering tegang dan kesusahan.

*👨‍🏫Bang Ical*

Bisa jadi begitu, tapi saya sih lebih suka jika terus mencoba dengan cara yang berbeda-beda.

Seperti waktu persiapannya  sebelum kegiatan lebih lama, atau anak diminta membuat cara yang disukainya. Masih banyak cara.👍

*8⃣ Ibu Nunung*

Assalamualaikum punten apa masih relevan ngga ya pertanyaaan saya. Tentang ekspektasi thd anak. Anak sy kelas 1 Sd rasanya agak telat menguasan iQro. Baru jilid 4 itu jg lama. Saya agak cemas mengingat temannya ada yg sdh ke Quran. Memgingat ketermpilan membaca dia juga trthitung rada lama kalo dibandingkan waktu dulu sy ngajarin adik adik

Cuma plusnya hitungan dia lebih bagus dan konsepnya kena. Bagaimana tanggapannya

*👨‍🏫Bang Ical*

Terimalah bunda kalau tiap anak unik. Punya jalan tumbuhnya sendiri dan tidak bisa dibanding2kan.

Dan konsekuensi itu terus dijaga staminanya. Karena jalan masih panjang dan niat harus terus dikuatkan.

Coba cari cara yang berbeda untuk si adik. Anak saya yang bungsu baru bisa baca kelas dua SD dengan cara belajar yang jauuh beda dengan kakak2nya.

Hebatnya bunda bisa melihat kemampuan si adik yang lain. Bisa di hujani dengan kegiatan yang dia sukai, sambil terus teratih-atih sabar membersamai kegiatan yang lain.

Agar kita (ortu) makin terlatih menghargai perbedaan dan mensyukuri keunikan.

*🔑Azeek pendidik rumahan: Terimalah kalau tiap anak unik. Punya jalan tumbuhnya sendiri dan tidak bisa dibanding-bandingkan. Sabar membersamai agar kita (ortu) makin terlatij menghargai perbedaan dan mensyukuri keunikan*

*➡ Tanggapan Ibu Nunung*

Terima kasih atas tanggapannya. Ada jg kecerdasan dia yg lain. Dia punya communication skill dan empati yg lebih baik dibanding teman seusianya. Jd kalo dia sdg good mood dia bisa sangat dermawan. Bahkan satu ketika sy terharu waktu guruya cerita katanya anak sy waktu di TK A,, pernah suatu ketika tiba tiba maju ke meja bu guru lalu bilang " bu kalo ibu sakit istirahat aja" . itu karena bu gurunya batuk batuk

*👨‍🏫Bang Ical*

Wow! Ini the real power of emak-emak ✊🏼. Mantab bunda, teruskan dengar-dengaranya. Bisa jadi modal dikala hati galaw karena tergoda membandingkan 👍

*➡ Tanggapan Ibu Nunung*

Trima kasih pak atas ilmu dan spiritnya. Ternyata sy ga perlu galau ya atas satu kekurangan anak. Bisa jd karena sy belum punya metode yg tepat utk menggalinya.

*9⃣ Bapak Indra, Bogor*

Saya mempunyai dua orang putri 4.5 thn dan 2 thn (perempuan dua duanya)
Bagaimanakah cara agar anak perempuan ini bisa dekat juga dgbmn kita sebagai ayah, karena memang selama ini segalanya apa apa bunda 😆, dengan kondisi saya 5 hari bekerja 2 hari dirumah
Terima kasih

*👨‍🏫Bang Ical*

Ini nih asyiknya ayah masuk kedunia anak perempuannya.
Coba buat tantangan pada diri sendiri pak. Tantangan yang kadang nggak perlu adrenalin tapi jelas melelahkan.

Ini jadi tantangan karena 2 hari dirumah ingin full istirahat (biasanya... kalau ayah Indra sih nggak gini sepertinya ✊🏼) diubah sedikit menjadi 'kerja' tambahan.

Bisa dengan sedikit-sedikit mengambil peran ibunya, masak sarapan misalnya. Bisa dengan merencanakan kegiatan seru untuk main sama anak di rumah. Main ikut guling2an atau coret-coretan.

Ini bagian dari ngumpulin modal mesra, diatas hanya contoh. Sy yakin ayah Indra punya ide dan cara yg lebih kereeen. Sehingga kegiatan 2 hari jadi nempel dan cerita buat mereka selama 5 hari, sambil nunggu dan ngarep 2 hari berikutnya cepat datang.

Tapi siap-siaplah menukar istirahat normal menjadi upnormal yang berhadiah extranormal (bukan paranormal ya).

*🔑Azeek Weekend*
*Siap-siaplah menukar istirahat normal menjadi upnormal yang berhadiah extranormal*

*➡Tanggapan Bapak Indra*

Yup sudah dilakukan secapek apapun itu 2 hari saya manfaatkan sebaik mgkn, tp kembali setelah bundanya pulang kerja sabtu, dan minggu full libur (ada bunda) ayahnya gak begitu laku😂
Terutama kalo malam, mau tidur semua nempelnya ke bunda, disitulah saya kadang merasa sedih 😂

*👨‍🏫Bang Ical*

Gpp lah pak, tidur nempel tapi mimpiin ayah 😍.
Ininih marketing diri (magnet) ayah yang nggak boleh padam dan cepet ge-er.

Siapa tau ayah Indra bisa bikin teori atau tips (buku atau video) marketing ayah rumahan

Ayo...ngonsep dan merencana lagi. Kan bisa nundukin hati ibunya anak-anak. 😃

*🔟 Ibu Ratna, Solo*

Bagaimana memperbaiki hub anak (15 y) yang terluka krn ekspetasi ortu yang tdk selaras dg anak.

*👨‍🏫Bang Ical*

Kadang kita harus menabung ulang banyak hal pada anak-anak kita. Kadang tidak cukup satu kali, satu bulan, satu tahun untuk menabung ulang kepercayaan anak.

Intinya kita yang sedang diminta untuk berubah bunda. Kita yang sedang menjalani sekolah. Jadi jangan minta hasil yang cepat kepada diri kita apalagi diluar kita.

Tiap hari (mungkin lelah) kita terus membanjiri dengan aneka kebaikan yang nggak dibuat-buat.

Saya lupa ini kata siapa: keberhasilan itu datang kepada mereka yang sudah lelah, capek, bosan tapi masih terus berusaha.

Kebaikan yang tulus nggak lari dan hilang

*➡Tanggapan dari Ibu Ratna*

Untuk mengelola emosi bagaimana ya?

*👨‍🏫Bang Ical*

Untuk kita, cari tujuan-mulianya bunda. Karena emosi kita dulu yang kudu dikelola. Ingat komunikasi diserap lebih banyak oleh emosi bukan logika. Jadi kata-katanya baik tapi emosi kita nggak terkelola, nyampenya tetap aja nggak nyaman.

*1⃣1⃣ Ibu Lely, Pangkep Sulawesi Selatan*

Assalamualaikum bang ical, salam dari pangkep sulawesi selatan.
1. Orang tua jangan berekspektasi terlalu tinggi kepada anak, cara melihat batas kemampuan anak apakah ada indikatornya?
2. Terkadang saya dan suami masih belum sapaham tentang pola pengasuhan terutama memberikan hukuman kepada anak 7thn dan 2,5thn jika anak bertengkar ato tantrum misalnya. Bagaimana menghadapi hal ini?

*👨‍🏫Bang Ical*

Wa'alaikum salaam warrahmatullah...salam balik dari Bogor bunda.
1. Indikatornya ada dimata anak, rasa bunda dan pengamatan ayah. Tiap anak baiknya ada kerja (kegiatan) yang membosankan tapi dia harus mengerjakan (pekerjaan rumah tangga atau tg jawab pada benda kepunyaannya). Untuk melatih diri mendapat hasil tak-benda. Ada juga kegiatan yang dia senangi. Anak boleh mencoba berbagai hal tapi harus komitmen untuk menyelesaikan sampai tuntas atau pada batasnya. Bukan karena teman, gurunya atau alasan lain ditengah-tengah kegiatan.

Dalam membersamai, indikator terbaik dibuat oleh orangtuanya. Boleh menggunakan angka, boleh narasi. Seperti apa? (Ini juga bisa panjang bahasannya) Sederhananya bisa pakai pertanyaan-pertanyaan terkait kegiatannya. Semakin sering membuat indikator ala pendidik rumahan, semakin terampil membuat pertanyaan dan membaca tanda.

2. Ini perlu duduk bareng dengan mesra. Cari waktu khusus, karena ini lebih penting dari sidang kabinet 😁.
Prioritaskan diskusi ini bunda, karena ngaruh banyak buat kita dan ananda.

Tantrum dan bertengkar ini sebenarnya jika kduanya klop dan bagi tugas observasi tiap kesempatan. InsyaAllah ada jalan uniknya. Jadi nggak reaktif (bergerak ketika ada kejadian) tapi responsif (siap menyerap-mengolah dan mencobakan)

*1⃣2⃣ Bapak Setyo, Cibubur Jakarta*

Bagaimana mengetahui kapan kita harus berhenti atau terus menstimulasi anak atas bakat & potensi yang dimilikinya.

*👨‍🏫Bang Ical*

Tidak berhenti sih, hanya tarik ulur. Nah permainan tarik ulur ini yang bisa merasakan yang melakukan. Malahan bertambah umur bertambah kebutuhan pendampingannya. Bukan berarti dimanja ya.

Intinya, jangan beri peluang dan fasilitasi anak untuk berhenti (quit) selain memang waktunya sudah habis, gurunya pindah atau keadaan dari luar yang tidak terkait ego anak.

Biasakan untuk konsekuen ambil keputusan, menyalakan antusias. Biar mentalnya tabah dan tahan uji.

*➡Tanggapan Pak Setyo*

Tantangan yang kami hadapi, salah satu putra kami cepat berpindah dari dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Dalam hitungan yg bulan ketertarikan akan suatu hal bisa berubah dan hilang tak berbekas.

Bagaimana mensikapi hal tersebut?

*👨‍🏫Bang Ical*

Musti liat dulu kegiatannya apa ya? Jangan2 memang belum sesuai dengan kondisi anak.

Tapi yang jelas, sebelum berkegiatan ajak anak untuk konsekuen untuk melakukan hingga tuntas, batasan tuntas silahkan dibuat bersama. Membuat kontrak kegiatan begitu.

Ketika mulai bosan, nah ini saat asyik ortu untuk mendampingi anak membantu melaluinya. Biar dapet 'madu' atau merasakan nikmatnya ganjaran tak-benda (non-materi) pada dirinya. Ini saat membersamai yang paling asyik buat ortu, seharusnya.

*1⃣3⃣ Ibu Wiwid, Jakarta Timur*

Nuhun mb Yardha, pa Mujee
Bang IcaL, bagaimana cara Ayah mensupport anak yg tetiba merasa tidak mampu mnyelesaikn pilihannya (studi)?

Untuk Ayah yg belum terbiasa membersamai anak bgmana memulainya?

*👨‍🏫Bang Ical*

Nah ini perlu turun tangan dan turun hati benar-benar bunda. Kita harus sukses menjadi orang kepercayaannya. Karena ini saatnya melatih menyalakan motivasi dari dalam dirinya, dan ujian untuk mencari 'madu' dalam kebosanan teramat sangat.

Karena banyak hal indah didunia ini bungkusnya hal-hal yang membosankan. Begitu juga sebaliknya.

Coba ajak dia menemukan tujuan-mulia, tujuan-besar nya. Ajak dia untuk mencoba melakukan sesuatu itu dengan caranya. Ajak ia untuk mencari kegiatan yang ia senangi mendampingi kegiatan membosan tsb. Karena hobi bisa jadi jalan masuk untuk menemukan 'madu' di kegiatan membosankan.

*➖➖➖Penutup➖➖➖*

Berani main sama anak, berani mendengar anak,
Pendidik rumahan yang berani! Berani berkarya dengan apa yang ada tidak mengada-ada apalagi menunggu semua ada (tersedia)

*Salam berani !*

Jangan terlalu bersemangat tapi, nanti melek terus nggak jadi tidur 😀

*SPR#1*
➖➖➖➖👨‍🏫👩‍🏫➖➖➖➖

Total comment

Author

admin

0   comments

Cancel Reply