Contact Form

 

PENGAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED TEACHING) (1)

PENDAHULUAN


Peranan guru dalam pembelajaran berbasik proyek telah digambarkan dalam berbagai gambaran: seorang fasiilitator, seorang pembimbing, seorang konduktor; pemandu yang senantiasa bersama, bukan seorang bijak yang selalu paham. Seluruh perumpamaan-perumpaaan ini memiliki beberapa kebenaran dan dapat berguna dalam membedakan peran guru dalam pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning - PBL) dari pengajaran biasa, namun penggambaran tersebut mungkin mendorong suatu pertanyaan, “Bukankah guru tidak lagi mengajar dalam PBL?” Mereka pastinya tetap mengajar, dalam pandangan kami. Guru masih seorang yang ahli dalam materi, seorang mentor, seorang motivator dan seorang penilai dalam pembelajaran. Guru membuat keputusan instruksional (hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran) yang didasarkan pada pengetahuan pedagogis mereka tentang bagaimana cara terbaik menolong siswa dalam. memahami ide-ide baru. Mereka melibatkan siswa dalam percakapan berjenjang dan memonitor bagaimana proyek berjalan. Mereka merancang sumber-sumber baru dan menyediakan bimbingan. Mereka membangun budaya kelas yang mendukung PBL. Mereka berperan sebagai perancang instruksional dan manajer proyek. Memadukan hal-hal tersebut, Anda mendapatkan pelaksanaan-pelaksanaan yang kami sebut sebagai pengajan berbasis proyek (Project Based Teaching – PBT).
Sebuah stereotip umum menyarankan bahwa guru dalam PBL secara sederhana meluncurkan proyek dan kemudian kembali untuk membiarkan siswa bekerja, hanya menyediakan pembimbingan yang dibutuhkan. Merupakan hal yang benar bahwa siswa yang lebih tua yang berpengalaman dalam PBL sebaiknya diberikan tingkatan otonomi yang maksimal. Namun hal ini merupakan sesuatu yang ideal, dan dalam kenyataannya kebanyakan siswa memerlukan dukungan dari guru. Sehingga peranan gur sebaiknya menyediakan tingkatan otonomi yang sesuai.
Terdapat perbedaan terhadap yang dapat dilakukan oleh guru yang baru saja melaksanakan PBL dengan guru yang sudah lama melaksanakan PBL. Guru yang berpengalaman dengan PBL dapat menyampaikan kesepakatan dengan siswa dalam hal usulan dan pilihan dalam beberapa proyek, memperlakukan mereka sebagai perancang pembantu, manajer pembantu, dan penilai pembantu. Secara umum, kami menyarankan guru yang masih memiliki sedikit pengalaman dengan PBL, atau yang memiliki siswa yang baru melaksanakan PBL, untuk mengambil peran utama dalam perencanaan dan pembimbingan proyek. Bahkan guru yang sudah berpengalaman dalam PBL mungkin berkeputusan bahwa usulan dan pilihan siswa kurang sesuai untuk beberapa proyek atau pada titik-titik berbeda dalam proyek, bergantung pada siswa, topik, produk, dan faktor-faktor lainnya.
Penilaian dalam konteks PBL meliputi beberapa pelaksanaa yang terdapat pada pembelajaran pada umumnya, tetapu mengharuskan guru keluar dari pemikiran terhadap penilaian yang biasa dilaksanakan seperti kuis, tes, dan instrumen lain yang telah lazim digunakan. Konsepsi tentang “penilain berimbang” (Burke, 2010; Stiggins, 2005) menekankan kebutuhan terhadap penilaian formatif – digunakan untuk menginformasikan siswa dan guru tentang perkembangan terhadap tujuan pembelajaran – dan penilaian sumatif – digunakan untuk membuat penilaian terhadap apa yang telah dipelajari. Keduanya merupakan hal penting dalam sebuah proyek.
Penilaian sumatif dalam PBL, seperti formatif, merupakan sebuah kombinasi dari kebiasaan lama dan, bagi beberapa guru, kebiasaan baru. Dalam pelaksanaan kurikulum pada umunya, sebagai contoh, guru memberikan tes atau bertanya kepada siswa agar menuliskan jawaban untuk menentukan apakah mereka telah mempelajari apa yang dimaksudkan oleh guru. Dalam sebuah proyek, instrumen-instrumen ini mungkin masih digunakan – khususnya untuk menilai konten pengetahuan dan pemahaman konseptual – tetapi begitu juha evaluasi akhir terhadap produk yang diciptakan oleh tim dan terhadap kemampuan siswa untuk menggunakan pemikiran kritis/ pemecahan masalah, kolaborasi, dan kemampuan pengelolaan diri. Untuk hal tersebut, guru dan murid perlu menggunakan rubrik yang menggunakan acuan kriteria.
Selain penilaian formatif dan sumatif, jenis lain dari “keseimbangan” berlaku pada standar emas PBL. Sebuah proyek harus mencakup beberapa tingkatan penilaian diri, dimana siswa menggunakan bukti dan refleksi untuk mengevaluasi perkembangan dan pencapaiannya. Untuk siswa yang cukup umur, penilaian teman memainkan peran dalam evaluasi kualitas bagian pekerjaan atau partisipasi seseorang sebagai anggota team. Selain menilai kerja individu, guru dalam sebuah kelas berbasis proyek perlu menilai pekerjaan yang diselesaikan sebagai anggota grup. Karena sebuah proyek mewajibkan siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga mengaplikasikannya, pengukuran yang biasa dilakukan terhadap pengetahuan yang diperoleh harus seimbang dengan penilaian kinerja. Akhirnya, selain menilai pengetahuan, guru perlu menilia pemahaman konseptual dan ketrampilan sukses seperti pemikiran kritis/problem solving, kolaborasi, dan pengeloaan diri.
Dalam bab ini, kami meguraikan 7 (tujuh) kunci penting yang berkaitan dengan pengajaran berbasis proyek (Project Based Teaching – PBT). Walaupun Standar Emas PBL menekankan bagaimana dan tentang apa siswa belajar, guru merupakan orang yang terpenting dalam memastikan pembelajaran tersebut berlangsung. Siswa dapat menolong guru menjalankan penerapan-penerapan ini – yang terpenting adalah sifat pelaksaannya, bukan siapa yang menjakankan – tetapi guru dewasa memiliki tanggung jawab terakhir untuk memastikan bahwa setiap fungsi dijalankan dengan baik. Kita selanjutnya akan membahas 7 (tujuh) kunci penting tersebut.

Diterjemahkan Dari: Setting The standard for Project Based Learning : A Proven Approach to Rigorous Classroom Instruction. 2015. Alexandria: ASCD 


Total comment

Author

Anonymous

0   comments

Cancel Reply