Contact Form

 

Berikanlah Hak Anak-Anak Kita, Sebelum Tiba Masa Wajibnya

Kulwapp 23 Agustus 3016
Group HEbat Nasional

Berikanlah Hak Anak-Anak Kita, Sebelum Tiba Masa Wajibnya
By.
👤Ustad Adriano Rusfi, M.Psi

Sungguh surga itu mahal, sementara umur yang tersedia rasanya tak cukup untuk menghimpun seluruh modal untuk membelinya. Ya, jangankan untuk membeli surga, bahkan sekadar untuk membayar setiap tetes karunia Allah di dunia, telah terkuras seluruh pahala keshalehan.

Untungnya Allah Yang Maha Pengasih memfasilitasi kita tiga amal lintas masa, yang buahnya ternikmati walau badan berkalang tanah : Shadaqah yang berdampak panjang, ilmu yang terus dimanfaatkan, dan buah hati shaleh yang selalu Zen.

Hari ini saya akan bicara tentang yang ketiga : anak shaleh yang mendoakan. Inilah investasi akhirat kita. Merekalah yang membuat asa kita tetap terjaga akan indahnya hidup sesudah mati. Di tangan keshalehan merekalah kita masih bisa mengumpulkan harta untuk kita belanjakan membeli surga. Namun doa anak shaleh itu ada syaratnya : bahwa kita, ayah dan bundanya sekaligus, mendidik mereka diwaktu kecil... Kamaa rabbayaanii shaghiiraa...

Ayahbunda... kata “rabbayaa...” maknanya bukan semata-mata menyayangi dan mengasihi, tapi mendidik, mentarbiyyah. Dan dilakukan oleh keduanya : ayah dan bunda. Ayahbunda... sungguh buah dari mendidik anak itu sangat manis : do’a lisan shaleh yang berbuah surga. Maka, korbankanlah apapun agar mampu mendidik mereka. Lupakanlah kegemilangan karir agar tersedia cukup waktu mengasuh mereka. Jangan tergoda gelimang harta jika itu menjauhkan tangan kita untuk memeluk mereka berlama-lama.

Anak-anak belia kita adalah makhluk-makhluk kecil tak berdaya di hadapan ayahbundanya. Ia belum tahu hak dan kewajibannya. Dan atas titah ayahbundanya, iapun belum sanggup menolak dan menyanggahnya.

Maka adalah tanggung jawab kita, para ayahbunda, untuk melindungi hak-haknya, membentenginya dari penzaliman, dan  menjauhinya dari pembebanan sebelum waktunya, walau atas nama pendidikan

Takutlah akan suatu hari, dimana anak-anak kita akan mengadu kepada Tuhannya atas hak-haknya yang dirampas di kala belia, atau pewajiban oleh manusia atas sesuatu yang Tuhannya tak mewajibkannya.

1⃣.Salam ustadz, saya Farda di Gresik
Membersamai tumbuh kembang anak adalah keniscayaan apalagi semasa kecil sbg prasyarat doa anak shalih. Bgmn menurut Ustadz, strategi apa yg peelu dilakukan saat sepanjang waktu kehidupan bersamaan saat mengasuh sikecil kita juga harus mencari penghidupan, dan terus berbenah meningkatkan kualitas diri? Disaat yang bersamaan sepanjang usia
👤Ust Aad
Bu Farda dari Gresik
Ketika kita harus mencari penghidupan saat si kecil sedang tumbuh kembang, mari kita lakukan beberapa hal berikut :

Pertama, prioritaskan pendidikan anak, bukan penghidupan. Lupakan jenjang karir, target bisnis, peningkatan pendapatan dsb. Yang penting penghasilan kita cukup untuk hidup memadai

Kedua, doronglah peran ayah/suami untuk lebih optimal dalam mencari nafkah, karena rejeki istri, anak dan orangtua telah Allah titipkan ke rekening suami/ayah. Jangan sampai kurang optimalnya seorang suami dalam mencari nafkah terpaksa menyeret istri untuk ikut mencari nafkah. Sehingga pendidikan anak terlantar.

Ketika, mari kita lebih smart/cerdik/efisien dalam mencari nafkah. Jika selama ini kita butuh waktu 8 jam sehari dalam mencari nafkah, mari kita ikhtiarkan untuk 6 jam saja, misalnya.

Keempat, jangan terlalu memisahkan antara mendidik anak dan mencari nafkah. Kalau bisa disatukan, kenapa tidak. Mendidik sambil mencari nafkah, dan mencari nafkah sambil mendidik anak adalah hal yang bisa dilakukan ✅

2⃣Nina - jember
Saya seorang ibu satu anak yg sedang galau antara melepas karir sebagai PNS yg sudah di idamkan ortu saya dulu dan mengasuh putri saya yg berumur 2 tahun dan saat ini saya titipkan ke pembantu di rumah. Suami setuju saya resign tapi ortu tidak setuju jika saya resign. Sementara klo saya pulang kerja sudah lelah bahkan kadang pulang malam dan dinas luar kota, sehingga waktu saya dgn putri saya terbatas. Mohon solusinya ustadz. 🙏🏻
👤 Ust Aad
Bu Nina di Jember.
Ketika suami ibu setuju ibu resign, sedangkan ortu tak setuju, maka yang harus diikuti adalah suami. Begitulah Islam mengajarkan.

Insya Allah tak akan berkurang rejeki ibu, keluarga dan orangtua ketika ibu resign. Karena, ketika ibu menikah dengan suami ibu, Allah telah memindahkan rejeki ibu dari rekening ortu ke rekening suami.

Insya Allah suami akan lebih fokus dan tenang mencari nafkah ketika ibu juga fokus dalam mendidik anak. Sebenarnya fokus kita dalam bekerja akan terbagi ketika kita titipkan anak kita kepada orang lain, sehingga kerja dan karir kita menjadi tak optimal.

Satu lagi Bu, senang dan ridhanya anak kita ketika kita langsung mengasuh mereka adalah doa yang akan sampai ke langit, sehingga akan Allah lapangkan rejeki kita untuk membesarkannya. ✅

⃣ Bunda Yanti dari Purbalingga
Assalamu'alaikum ustad....
Anak sy yg kedua umur 10 th, saat ini blm bs sholat dg kesadaran sendiri, masih kami suruh suruh dan jawabnya nanti-nanti, gak langsung sholat.

Giliran pas sholat, sholatnya expres,cepet sekaliii... Bagaimana ya ustad agar anak mau sholat dg kesadaran sendiri....
Terima kasih...🙏🏻
👤 U. Aad: Bunda Yanti dari Purbalingga, pada dasarnya shalat adalah beban (taklif), sehingga nggak ada orang yang aslinya rela melakukan shalat dengan kesadaran, termasuk kita sendiri saat kecil dulu.

Shalat adalah ibadah yang "useless". Hanya iman yang mampu menyebabkan seseorang ikhlas melaksanakan shalat. Itulah sebabnya kenapa di akhirat kelak yang diperiksa pertama kali adalah shalat

Untuk itu bangunlah iman anak ibu. Tanamkan kecintaan dan keridhaannya pada Allah, Islam dan Rasulullah SAW. Ingat-ingatkan ia dengan kasih sayang, karunia dan rahmat Allah atas dirinya selama ini. Jadikan shalat itu sebagai tanda syukurnya kepada Allah.

Saat anak ibu menghadapi masalah, sakit, berkurangnya karunia dsb., ingatkan pula dia bahwa boleh jadi masalah itu muncul karena iapun malas beribadah dan bersyukur pada Allah.

Bunda Yanti, shalat adalah ekspresi iman yang sebenarnya. Malasnya seseorang mengerjakan shalat adalah pertanda iman yang belum kuat dalam dirinya. Selama ini kita begitu rajinnya menyuruh anak shalat, tapi lalai menumbuhkan iman dalam dirinya.

Saya rasa, apa yang ibu alami terhadap anak ibu juga dialami oleh ibu-ibu lainnya. Sekali lagi, penyebabnya adalah :

"Kita gemar menyuruh shalat, namun tak gemar menumbuhkan iman" ✅

⃣ Bunda Arum dari Cilacap
Ustadz, bisa tolong dijelaskan contoh konkrit dari hak2 anak2 yg dapat kita rampas di kala belia atau pewajiban oleh manusia atas sesuatu yg Tuhannya tak mewajibkannya? 
Terima kasih 🙏�😊
👤Ustadz Aad
Banyak sekali, Bunda Arum dari Cilacap. Terutama saat anak belum berusia 7 tahun, saat anak belum mumayyiz

Misalnya, mewajibkannya menutup aurat, mengharuskannya menghafalkan AlQur'an, memarahinya saat tak mau ke masjid, melarangnya memakai bando ke luar rumah, mengharuskannya berpuasa, sekolah yang mewajibkan shalat dhuha dsb.

Padahal, pada usia sebelum 7 tahun, jangankan diharuskan, diajarkan kewajiban-kewajiban syar'ie pun belum.

Tak selalu segalanya lebih cepat lebih baik. Karena yang paling baik adalah yang tepat waktu dan sesuai ajaran Allah dan RasulNya.

Betapa banyaknya anak-anak yang belakangan jadi pembenci agama gara-gara pengambilan hak dan pemberian kewajiban sebelum waktunya.

Mari kita ingat pesan Rasulullah SAW berikut ini :

"Wahai Fulan, janganlah agama ini menjadi dibenci orang gara-gara perbuatanmu" (Hadits) ✅
5⃣ Bunda Noni dari Tangerang
Assalamu'alaikum wr wb... 
Ustad Aad, terimakasih sudah diberikan kesempatan untuk bertanya...

Ustad, saat ini mungkin kami lah sebagai orangtua yang perlu banyak2 mendoakan anak2 kita di tengah derasnya ujian dunia. Berdoa untuk kebaikan dan keselamatan anak2 kita di dunia dan akhirat kelak. Maka dimulai dari manakah kita mengajarkan berdoa yang bukan maksudnya sekedar mengajarkan anak kita dengan doa keseharian tapi doa2 penuh makna untuk kedua orangtuanya kelak... ?
Bekal apa yang perlu orangtua berikan selain pendidik dan menyayangi untuk anaknya supaya menjadi anak yang Sholeh/hah...?

👤 U. Aad: Wa alaikumus salam wr wb. 
Bunda Noni dari Tangerang. Mengajarkan anak-anak rajin berdoa dimulai dari kebiasaan para orangtua untuk berdoa.

Untuk itu mari kita mulai dengan membiasakan diri berdoa untuk SEGALA HAL yang kita inginkan, hajatkan dan harapkan. Bacalah doa itu dengan keras, sehingga terdengar oleh anak-anak kita.

Lalu, ajarkan anak untuk meminta kepada Allah terlebih dahulu APAPUN kebaikan yang ia inginkan. Bahkan sekadar minta makan, minta buku, minta mainan dsb.

jadikanlah keluarga kita sebagai keluarga yang CEREWET dalam berdoa. Apapun kita doakan kepada Allah, bahkan hal sangat sepele sekalipun. Buktikan bahwa HANYA kepada Allah kita memohon.

Tapi, siapakan orang yang cerewet berdoa kepada Allah ?

Hanya orang-orang yang mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allahlah yang "berani" cerewet berdoa kepada Allah. Orang yang kurang dekat dengan Allah akan sungkan, risih, kagok dan tersendat dalam berdoa kepada Allah.

Jadi, jika kita ingin anak kita rajin berdoa kepada Allah, dekatkan mereka dengan Allah ✅
6⃣Bunda Tien Trisnawati,  Jogja
Assalamualaikum Anak adalah amanah Allah yang harus kita jaga dengan baik,namun disisi lain kita mencari ridhonya suami untuk istri mengamalkan ilmu yang didapat dengan mengabdi disebuah lembaga sekolah.Dengan prinsip ketika kita berjuang diagamanya Allah anak anak kita akan dijaga dengan Allah.
👤 Ustadz Aad
Wa alaikumus salam

Bunda Tien dari Jogja. Tentunya berjuang menegakkan agama Allah memiliki skala prioritas. Agar kita tak menegakkan yang satu dan meruntuhkan yang lainnya.

Maka dalam konteks skala prioritas ini, mendidik anak sendiri lebih prioritas daripada mendidik anak orang lain. Bukankah setuap anak juga memiliki ayahbunda yang bertanggung jawab dalam mendidiknya ?

Tentang berjuang di agama Allah, saya punya cerita nih :

Dulu guru saya minta saya berdakwah ke luar pulau, padahal saya harus belajar untuk ujian. Lalu guru saya mengingatkan saya :

"Berdakwahlah di jalan Allah. Niscaya Allah akan menolongmu saat ujian"

Maka sayapun berangkat dakwah dan melupakan belajar. Hasilnya ? Saya mendapatkan nilai E

Kenapa ? Karena saya melupakan sunnatullah : jika ingin mengerti, belajarlah.

Oleh karenanya, Bunda Tien, prioritas ibu adalah mendidik anak sendiri. Jika masih ada waktu, silakan mendidik anak lain di sekolah ✅

7⃣ April - Situbondo
Asslamualaikum ustadz.
Disampaikan dalam materi bahwa proses pendidikan,tarbiyah anak merupakan amanah ayah dan ibunya, keduanya. Bagaimana strategi yg harusnya kami terapkan dlm menjalankan amanah tersebut ustdz, sementara kondisi ayah berjauhan dan hanya seminggu sekali berkumpul. Agar tidak terjatuhi hukum lalai/dzalim terhadap amanah.
Jazakumullah khairan

▶ ust Aad
Wa alaikumus salam.
April di Situbondo. Kesibukan seorang ayah dalam mencari nafkah bukanlah penghalang baginya dalam melaksanakan tanggung jawabnya dalam mendidik anak.

Peran ayah dalam mendidik anak adalah sebagai penanggung jawab, bukan sebagai pelaksana harian. Pelaksana harian pendidikan anak adalah ibu. Oleh karenanya, tugas ayah adalah memberikan arahan, panduan dan strategi pendidikan anak kepada ibunya.

Untuk itu, dalam kesibukan apapun, sediakanlah selalu waktu untuk istri curhat, berkonsultasi dan meminta arahan kepada suami tentang permasalahan anak di rumah. Jika suami abai dalam hal ini, maka dia telah lalai dan zalim terhadap amanahnya.

Selain itu, dengan banyaknya media komunikasi saat ini, optimalkanlah media tersebut untuk bertegur sapa, memberikan nasihat, menyampaikan pesan dengan istri dan anak. Tanyakanlah kabarnya, studinya, keinginannya dsb.

Bahkan kalau perlu jadikanlah pekerjaan kita justru sebagai alah komunikasi dan pendidikan dengan anak anak. Saya pribadi malah sering berbagi pekerjaan dengan anak-anak saya, sekaligus sebagai sarana anak-anak dalam mencari nafkah.

Ketika pulang ke rumah, jangan lupa membawakan oleh-oleh untuk anak, yang sesuai dengan kepribadian, perkembangan, selera dan kebutuhannya. inipun merupakan pendidikan ✅

Atas semua pertanyaan di atas, saya ingin memberikan kesimpulan umum :
Awalilah segala jenis pendidikan dengan pendidikan iman dan aqidah, iman dan aqidah yang akan mendekatkan anak-anak kita kepada Allah. Insya Allah selanjutnya akan mudah ✅

Alhamdulillah, kesimpulannya kembali kita di ingatkan tentang pentingnya iman dan aqidah untuk kita semua.

Aybun... Sepertinya masih belum cukup yah waktu yang singkat ini untuk membahas tema kita malam ini. Mohon maaf karena keterbatasan waktu tidak semua pertanyaan bisa didiskusikan di grup. 🙏🏻

Jazzakumullah untuk semua atensi dan partisipasi ayah bunda di kulwap kita kali.

Semoga ilmu yang kita peroleh dalam diskusi kita ini bermanfaat dan bisa diamalkan.

Kita tutup diskusi kita malam kni dgn doa kafaratul majlis.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ, أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ.

(Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.) Kecuali telah diampuni baginya apa yang ada pada majlis tersebut. " (HR Tirmidzi)

Mohon maaf apabila saya selaku host malam ini ada salah dan khilaf. 🙏🏻😊🙏🏻
Wassalamualaikum wr wb...

Total comment

Author

admin

0   comments

Cancel Reply